Terlahir Kembali untuk Menjadi Ibu Tiri Pemeran Utama | Chapter 23

Gao Ran tersentak oleh pikirannya sendiri. Lin Wei Xi menyadari sorotan dari samping dan bertanya pelan, “Ada apa?”

Jantung Gao Ran berdebar. Ia menatap wajah yang sama sekali berbeda dari Gao Xi, lalu tersenyum samar, sepertinya ia memang terlalu banyak berpikir. Baik dari status, penampilan, maupun watak, Lin Wei Xi sama sekali tidak menyerupai Gao Xi. Terlebih lagi, Gao Xi telah lama tiada, dan Gao Ran sendiri yang menyalakan batang dupa di hadapan tablet arwahnya.

Gao Xi dulu mengandalkan neneknya untuk merebut pernikahannya, pada akhirnya karma tetap jatuh padanya. Yang bukan milikmu, direbut pun tak berguna. Sedangkan perempuan di depan ini, selain wajahnya, tidak ada apa pun yang layak diinginkan. Baginya, ia tak lebih dari batu loncatan agar Gao Ran semakin memperoleh kasih sayang tunggal.

Gao Ran menstabilkan hati, lalu tersenyum pada Lin Wei Xi. “Nona Lin pasti sudah sangat menderita di perjalanan, bukan? Tetapi setelah tiba di kediaman, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan air hangat untuk mandi. Setelah itu Nona Lin bisa beristirahat dengan nyaman.”

Gao Ran juga berkata ia telah memerintahkan orang untuk mengganti seluruh perlengkapan tidur yang baru untuk Lin Wei Xi. Namun Lin Wei Xi memotong ucapannya, “Shizi Furen, tunggu sebentar. Aku bisa mengurus keperluan sehari-hari sendiri. Sebentar lagi Paman Zhou akan datang dari halaman depan, jadi tak perlu menyusahkan Shizi Furen. Mengenai halaman di mana aku akan tinggal sementara… Yang Mulia telah memiliki penataan sendiri. Shizi Furen tidak perlu mencampuri.”

Dari kepala hingga kaki, Lin Wei Xi menunjukkan sikap tidak kooperatif, menolak semua ‘tampilan keakraban’ Gao Ran. Perlengkapan tidur yang dipersiapkan Gao Ran tidak ia perlukan, sekarang bahkan penataan tempat tinggal pun ia tak izinkan Gao Ran ikut campur. Walaupun Gao Ran masih tersenyum, kekakuan di sudut bibirnya cukup mengungkapkan hatinya. Tao Mama di belakangnya sudah terlihat tak senang. Sejak masuk ke Kediaman Yan Wang, tidak seperti di rumah keluarganya dulu, Gao Ran selalu memegang kekuasaan rumah tangga, apalagi Shizi juga sangat menyayanginya. Seperti pepatah, air pasang naik, perahu pun terangkat¹ , ambisi Tao Mama juga ikut meninggi. Sekarang apa hak seorang gadis yatim piatu yang baru tiba untuk bersikap seperti ini pada Shizi Furen?

Tao Mama naik darah lalu berkata, “Shizi Furen adalah nyonya rumah yang mengatur seluruh kediaman Yan Wang. Semua urusan di sini di bawah kendalinya. Sikap Nona Lin ini terlalu berlebihan. Bahkan urusan kebutuhan harian pun tak ingin melibatkan Shizi Furen. Dilihat dari sini, sepertinya latar belakang Nona sangat luar biasa ya? Mampukah Nona menanggung semua biayanya sendiri?”

“Tao Mama.” Gao Ran memanggilnya pelan, menegur, “Nona Lin adalah tamu.”

Lin Wei Xi hanya tersenyum di dalam hati. Tidak heran seorang putri selir seperti Gao Ran bisa menikahi suami kakaknya sendiri, perempuan ini pandai bicara dan pandai bersikap. Kalimat itu jelas sebuah teguran, tetapi ketika ia berkata “Nona Lin adalah tamu”, ia justru menempatkan Lin Wei Xi sebagai sumber masalah, menunjukkan seolah Lin Wei Xi ini berasal dari keluarga miskin tetapi berhati lebih tinggi dari langit.

Lin Wei Xi memegang penghangat tangan, menutup bibirnya dan batuk dua kali. Selepas batuk, kedua pipinya tampak memerah tidak wajar, membuat wajahnya semakin elok, tetapi tutur katanya bertolak belakang, ringan dan acuh, “Aku tak banyak bisa berkata. Ayahku adalah Marquis Zhongyong tingkat satu yang dianugerahkan langsung oleh kaisar. Di bawah namanya ada ribuan hektar tanah subur, dan hanya aku satu-satunya keturunannya. Memang tak sebanding dengan para putra bangsawan darah kaisar, tetapi untuk urusan kebutuhan sehari-hari, aku tak perlu mengkhawatirkannya.”

Wan Yue memang patut disebut didikan cermat nyonya Kabupaten. Mendengar itu ia segera maju dan berkata, “Meskipun Nona kami kehilangan orang tua sejak kecil, beliau tetap memiliki kehormatan putri Marquis. Marquis Zhongyong mengorbankan nyawanya demi negara. Demi menunaikan bakti, sebagai satu-satunya putri Marquis Zhongyong, segala perbuatan Nona kami selalu memegang teguh loyalitas.”

Raut wajah Gao Ran berubah jelek. Dia lupa bahwa secara nama, Lin Wei Xi memang putri seorang Marquis. Jika di zaman modern, status sebagai anak pahlawan negara akan mendapat berbagai keuntungan, dari sekolah hingga pekerjaan. Di masa dahulu yang menjunjung reputasi dan garis keluarga, terlebih lagi.

Marquis Zhongyong memang hanya gelar kehormatan, tidak ada kediaman khusus dan tidak ada kekuasaan nyata — tetapi ia gugur demi negara. Jika Lin Wei Xi seorang laki-laki, mengandalkan nama Zhongyong, ingin masuk militer saja, akan mulus seperti membelah bambu². Bahkan meski Lin Wei Xi hanya seorang perempuan, nama warisan Marquis Zhongyong sudah cukup untuk menopang hidup seumur hidup. Namun tadi Tao Mama malah mencoba mengintimidasi Lin Wei Xi… Raut Gao Ran jadi buruk, tetapi segera ditutupinya dengan senyum. Ia memasang wajah seolah marah dan berkata, “Tao Mama, Nona Lin ini adalah keturunan Marquis Zhongyong, aku pribadi sangat mengagumi beliau. Bisa bertemu dengan Nona Lin seperti ini, aku sangat senang. Apa yang kau katakan barusan itu?”

Tao Mama buru-buru menunduk, mundur ke belakang Gao Ran. Lin Wei Xi berdiri seolah tidak ada sangkut pautnya, menyaksikan adegan itu sambil mengusap ujung lengan bajunya. Kemudian ia mengangkat kepala, menatap pilar paviliun kediaman itu, dan perlahan berkata, “Aku baru tiba di ibu kota dan belum memahami tata aturan di sini, jadi sepanjang jalan aku tak banyak bicara. Tetapi melihat tingkah laku orang-orang di sekitar Shizi Furen… di ibu kota ini mereka tak perlu dihukum kalau berkata sembarangan? Bahkan kalau mereka bersikap kurang ajar pada tamu, tuan rumah cukup mengucapkan satu kalimat lalu semuanya selesai?”

Senyum Gao Ran kaku membeku, “Nona Lin…”

Lin Wei Xi balik menatap tanpa gentar, “Mengapa? Apa lagi yang ingin Shizi Furen ajarkan padaku?”

Bertemu tatap keberanian Lin Wei Xi, dada Gao Ran terasa tercekik. Setelah saling menatap beberapa saat, pada akhirnya Gao Ran tidak berani mengucap kalimat keras pada anak pahlawan negara. Ia pun berkata dengan muka masam, “Tao Mama, aku terlalu memanjakanmu, sampai kau bahkan tidak tahu tinggi rendahnya langit dan bumi³? Cepat minta maaf pada Nona Lin!”


¹ mengikuti keadaan naik, ikut terangkat
² idiom: semulus pisau panas mengiris mentega
³ berlebihan melihat kemampuan diri sendiri / sombong

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page

Scroll to Top