Terlahir Kembali untuk Menjadi Ibu Tiri Pemeran Utama | Chapter 22

Gao Ran membawa banyak pelayan perempuan dan nenek pelayan untuk menunggu di Gerbang Chui Hua. Gao Ran seperti bulan yang dikelilingi bintang-bintang¹, samar-samar menjadi kepala dari semua orang, dengan postur seorang gadis bangsawan yang anggun dan penuh gaya. Ia berdiri cukup lama sebelum rombongan kereta Yan Wang perlahan tiba. Banyak pria yang tampak seperti pasukan mengelilingi kereta kedua, mengawalnya dengan sangat hati-hati dan waspada. Kusir tak sengaja menghantam batu kecil, kereta pun berguncang sedikit, dan seketika ia ditatap tajam oleh semua orang.

Kusir buru-buru meminta maaf ke dalam kereta. Melihat ini, senyum di bibir Gao Ran semakin dalam, tampak samar seperti merasakan kemenangan. Setelah kereta berhenti dengan hati-hati, Zhou Mao Cheng mengetuk pintu kereta dan berkata, ā€œNona Lin, kita sudah tiba. Apakah kau masih tidak enak badan?ā€

Ada suara samar dari dalam kereta, tangan putih membukakan tirai, dan seorang wanita berkulit pucat dan berhias halus muncul di hadapan semua orang. Gao Ran melihat wanita yang baru tiba itu tanpa peduli. Hah, dari keluarga miskin bisa apa? Orang semacam ini bahkan tak layak menyentuh sepatu Gao Ran, bagaimana mungkin bisa bersaing dengannya?

Gao Ran baru hendak melangkah dan bicara ketika melihat wanita itu melompat turun dari kereta dengan ujung roknya, lalu cepat berbalik untuk membantu orang lain.

Tirai kereta kembali terbuka, dan seorang wanita seumurannya dengan sanggul ganda menopang seorang gadis muncul di depan semua orang. Orang-orang dari kediaman yang menunggu di gerbang kedua melihat kedatangan mereka dan tak bisa menahan napas penuh kagum.

Saat melihat wanita pertama yang turun dari kereta, banyak orang memandang rendah. Jadi ini ā€œanak bawaanā€Ā² yang membuat perjalanan Wangye terhambat? Ternyata begitu saja! Namun ternyata itu hanya pelayan. Ketika tokoh utama turun dari belakang dan mereka melihat wajah Lin Wei Xi, banyak orang tertegun, mulut mereka terbuka tanpa sadar.

Semua orang punya hati yang menyukai kecantikan, tapi untuk disebut cantik pun ada berbagai tingkatan. Setiap orang punya selera sendiri. Ada yang suka tipe memelas, ada yang suka yang berwibawa dan elegan. Namun wanita yang turun perlahan itu—bahkan orang yang paling pemilih pun tidak bisa mengatakan wajahnya jelek.

Ini adalah tipe cantik yang langka, sangat cantik, bukan hanya cantik, tapi menakjubkan³. Orang-orang di kediaman terpana. Gao Ran menyapu pandangan pada wajah, tubuh, hingga sepatu Lin Wei Xi, dan tanpa sadar mengerutkan kening.

Lin Wei Xi tersiksa oleh perjalanan, seluruh tubuhnya letih, kondisinya sangat buruk. Kalau bisa, Lin Wei Xi tidak ingin terlihat lemah di depan semua penghuni Kediaman Yan Wang, tapi tubuhnya tidak mengizinkan. Ia tersiksa dan kehilangan daya. Ia menyerah, sudahlah Jalani saja dulu. Toh semua orang di Kediaman Yan Wang tidak tahu siapa dia.

Lin Wei Xi dibantu turun oleh dua pelayan. Para pengawal mengawasi gerakannya sambil menahan napas. Begitu melihat ia berdiri dengan aman, mereka baru mengembuskan napas lega. Lin Wei Xi merapatkan selendang di bahunya, dan hampir seketika melihat Gao Ran pertama kali.

Oh, baru beberapa hari tak bertemu, adik tiri shu ini seperti terlahir kembali, sampai hampir tak bisa dikenali.

Saat itu juga, pandangan Gao Ran bertemu pandangan Lin Wei Xi. Mereka saling menatap sesaat, kemudian Gao Ran menyembunyikan ketidaksenangannya, tersenyum lembut dan melangkah beberapa langkah, hendak menggandeng tangan Lin Wei Xi: ā€œJadi ini tamu terhormat yang ayah mertua sebutkan dalam surat. Nona ini namanya siapa?ā€

Lin Wei Xi menghindar dingin dari sentuhan Gao Ran, dan berkata tanpa ekspresi: ā€œNama keluargaku Lin. Shizi Furen boleh memanggilku Wei Xi.ā€

Ternyata Lin Wei Xi… Gao Ran mengecap nama itu dalam hatinya, lalu kembali memasang postur sebagai nyonya rumah, tersenyum lebar: ā€œNona Lin baru datang, mungkin masih takut terhadap orang asing. Adik, tak perlu takut, anggap kediaman ini rumahmu sendiri. Kalau butuh apa pun, langsung bilang padaku.ā€

ā€œShizi Furen, orang tuaku hanya punya satu putri, aku tidak bisa menjadi adikmu.ā€ Senyum Lin Wei Xi tidak berubah, meski matanya tersenyum, namun suara itu penuh hawa dingin. ā€œAku tidak punya saudara kandung, dan tidak terbiasa memanggil orang kakak. Anda bisa memanggilku dengan namaku.ā€

Berani-beraninya memanggilnya adik, dari mana Gao Ran mendapat muka seperti itu?

Sudah berkali-kali, Gao Ran nyaris tak bisa mempertahankan wajahnya. Ia mengejek dalam hati, benar saja, ini orang kampung. Kecil hati dari ujung kepala sampai kaki, tak layak tampil di depan umum. Namun justru karena itu, Gao Ran semakin bersikap penuh kehangatan padanya.

Zhou Mao Cheng tak terkejut mendengar kata-kata Lin Wei Xi. Ia tahu tak ada yang bisa lolos dari tajamnya ucapan gadis ini kecuali Wangye. Tapi Zhou Mao Cheng juga tahu, meski mulut Lin Wei Xi tidak kenal ampun, hatinya tetap baik. Ia takut Shizi Furen akan menyulitkan Lin Wei Xi, jadi ia cepat maju dan berkata: ā€œMenghaturkan salam kepada Shizi Furen! Wangye sebenarnya ingin mengantar Nona Lin langsung pulang ke kediaman, namun istana memanggil mendadak, Wangye harus pergi ke Istana Kekaisaran, jadi kami yang mengantarnya kembali. Nona Lin dalam kondisi kurang sehat dan masih sakit akibat perjalanan. Mohon Shizi Furen sementara mengurusnya.ā€

Meski Zhou Mao Cheng orang kasar, tapi ia mengikuti Wangye lama, kemampuan bicara juga tidak kurang. Kata-katanya terdengar sopan, tapi terselip jelas di dalamnya bahwa Yan Wang sangat memperhatikan Lin Wei Xi. Terutama kalimat terakhir, ā€œmohon Shizi Furen sementara mengurusnyaā€, kalian tahu seberapa besar bobotnya.

Gao Ran mengerti, dan hatinya semakin tak senang. Seorang yatim piatu tanpa ayah ibu, cuma karena wajahnya lebih cantik, bagaimana bisa dibandingkan dengan wanita terpelajar dan berbakat seperti dirinya? Gao Ran diam-diam mengejek orang-orang kasar ini yang tak punya mata dan wawasan, tapi tetap berpamitan sopan pada Zhou Mao Cheng dan lain-lain, lalu menggandeng Lin Wei Xi masuk ke rumah dengan akrab.

Sepanjang jalan Gao Ran menanyakan kondisi Lin Wei Xi, sikap manjanya sebagai nyonya rumah sungguh kelewatan. Tapi Lin Wei Xi tetap dingin dan datar, memegang penghangat tangan dengan sopan, hanya menjawab sesekali. Bisa dibayangkan betapa frustrasinya Gao Ran. Ia menemani Lin Wei Xi menyusuri koridor berliku Kediaman Yan Wang yang mewah. Ketika sedikit menoleh, ia bisa melihat profil halus wajah Lin Wei Xi dan bulu matanya yang panjang. Gao Ran menatap profil Lin Wei Xi dan tiba-tiba merasa sesuatu yang sangat absurd.

Seperti orang di sampingnya bukan Lin Wei Xi, yatim piatu yang datang ke ibu kota untuk mencari perlindungan, tapi seperti… Gao Xi — orang yang sejak kecil melangkah di atas awan tinggi!


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page

Scroll to Top