Terlahir Kembali untuk Menjadi Ibu Tiri Pemeran Utama | Chapter 19

“Kamu bisa hidup dengan tenang di Kediaman Yan Wang selama yang kamu mau.”

Kalimat itu seperti terus menggema di telinga Lin Wei Xi. Ia terpaku di tempat. Setelah sadar, dengan wajah datar ia berkata, “Tidak.”

Ekspresi Gu Hui Yan tidak berubah, namun di kedalaman matanya tersirat tanya yang tak terjelaskan: “Kenapa?”

Apa yang bisa Lin Wei Xi jawab? Apa dia harus mengatakan — “putramu itu sebenarnya suamiku di kehidupan sebelumnya, dan calon menantumu adalah adik tiri perempuanku”? Lin Wei Xi sudah cukup menderita karena dua orang itu, lalu sekarang ia harus kembali lagi dalam identitas berbeda?

Lin Wei Xi bahkan enggan memikirkannya: “Yang Mulia, itu tidak pantas. Aku bukan kerabat Kediaman Yan Wang. Kalau aku tinggal di sana tanpa status apa pun, bagaimana rupanya? Lagi pula sebentar lagi menantu baru Anda akan masuk rumah. Aku orang luar tinggal di sana, bagaimana mungkin dia tidak keberatan?”

Gu Hui Yan memandang Lin Wei Xi, dengan mata tenang dan senyum samar: “Kalau aku bilang kamu bisa tinggal dengan tenang, berarti bisa. Kalau ada orang yang berani bicara tidak semestinya, siapa pun dia, kau tinggal datang padaku.”

“Siapa pun dia.”

Mendengar itu, punggung Lin Wei Xi merinding. Tentu saja yang dimaksud Yan Wang itu adalah Gao Ran, kan? Ya, seorang perempuan yang tidak punya ayah dan ibu lalu tinggal di rumah orang lain, memang membuat banyak masalah muncul. Wajar kalau nyonya rumah tidak senang. Lin Wei Xi pernah jadi menantu, jadi ia sangat paham. Tapi kalau yang bicara adalah Yan Wang… kalau dia bilang boleh, maka boleh — orang lain hanya harus menahan diri meskipun tidak suka.

Lin Wei Xi tiba-tiba menghela napas. Rasanya tidak lama yang lalu ia masih mati-matian mengurus kerjaan rumah di Kediaman Yan Wang. Lelaki di depan makmur dan nyaman, lelaki di belakang kehabisan tenaga, menahan sakit sampai seakan menggigit gigi perak dan menelan darah.¹ Namun dalam sekejap… Ia berubah dari orang yang pusing memikirkan segalanya menjadi orang yang diperlakukan istimewa.

Dunia benar-benar aneh. Dan akar dari semua perubahan ini hanya satu kalimat dari orang di depannya.

Lin Wei Xi menghela napas sejenak, lalu akhirnya menggeleng: “Yang Mulia, kebaikan Anda aku hargai. Tapi aku hanya ingin hidup tenang, sehat tanpa bencana seumur hidup. Status Kediaman Yan Wang terlalu tinggi, itu tidak cocok untukku.”

“Tidak cocok untukmu? Kenapa aku merasa kau hanya tidak mau pergi?”

Lin Wei Xi merasa tertekan. Inilah Yan Wang. Saat ia bicara tidak ada nada tinggi, suara tawanya seperti air yang mengalir, seperti langkah di pantai dangkal, membuat orang merasa segar. Tapi kemudian kau akan sadar bahwa kau sudah dibawa jauh ke tengah laut yang dalam, permukaannya tenang, tapi sekali bergerak bisa memunculkan gelombang besar. Lin Wei Xi saat ini adalah orang yang sedang tenggelam berkali-kali.

Lin Wei Xi diam-diam memaki dirinya bodoh. Kemarin ia sudah terperosok, kenapa hari ini terjatuh lagi? Pada akhirnya ia sengaja mengambil sikap seperti gadis desa yang keras kepala tak mau tinggal di pintu gerbang keluarga besar, dan dengan sengaja berkata kasar: “Aku pernah pergi ke ibu kota saat umur sepuluh tahun. Di sana banyak kereta dan orang. Pakaian orang-orang di jalan saja sebanding dengan keluarga kepala desa. Tapi waktu itu aku sakit parah, meski banyak orang, tidak ada satu pun yang berhenti menanyakan keadaanku, bahkan mereka mengusir aku dan ayahku. Aku tidak suka tempat itu. Lagi pula, Anda ini Yan Wang. Jangan lihat sekarang Anda bicara baik padaku, begitu kembali ke kediaman Anda pasti tidak akan seperti ini lagi. Di rumah bibiku saja aku tidak bisa tinggal, apalagi di Kediaman Yan Wang.”

Gu Hui Yan mengabaikan sifat halus dan sensitif gadis kecil itu. Ia menahan wibawanya dan berkata lembut: “Jangan takut, aku akan membawamu kembali. Apa yang terjadi saat umurmu sepuluh tahun tidak akan terulang lagi. Lagipula orang di kediaman sedikit, aku hanya punya satu putra. Meski dia tidak begitu dewasa, dia tidak akan mempermalukanmu. Kamu tinggal saja di ibu kota. Kalau kamu tak suka diusik orang, aku akan mencarikan halaman terpisah di dalam kediaman untukmu. Urusan pelayan, kamu yang atur. Soal makan dan pakaian tidak perlu kamu pikirkan. Uang belanjamu akan berasal dari rekening pribadiku. Yang kamu mau akan kuberikan. Tidak akan ada orang yang berani menunjuk hidungmu.”

“Sebetulnya… yang aku mau hanya kota kecil yang sederhana, damai, untuk hidup tenang…”

“Tidak ada kesederhanaan yang benar-benar bersih ketika menyangkut kepentingan. Kamu adalah gadis muda yang sangat kaya. Kalau kamu tinggal sendirian di luar, tidak ada tempat yang aman. Tapi selama kamu kembali ke ibu kota, entah kamu ingin menikah atau hidup sendiri, tinggal di Kediaman Yan Wang dan tidak akan ada yang mengganggumu.”

“Aku…” Lin Wei Xi membuka mulut tapi mendapati bahwa Gu Hui Yan sudah mengatakan segalanya, dan ia tidak punya alasan lagi untuk menolak. Ia bilang ia tidak mau ‘numpang hidup’², lalu Gu Hui Yan hendak mencarikan halaman terpisah untuknya. Ia takut bertengkar dengan nyonya baru, maka Gu Hui Yan mengizinkannya punya rekening uang pribadi sendiri. Lin Wei Xi menahan diri lama-lama, hanya bisa berkata: “Ini terlalu merepotkan Anda…”

“Tidak repot.”

Lin Wei Xi benar-benar kehabisan kata. Ia menatap Yan Wang yang begitu tenang, dan tiba-tiba merasa aneh.

Kenapa ia merasa Yan Wang seperti sengaja memancing dia mengatakan penolakannya, lalu memblokir alasannya satu per satu? Yan Wang terlihat santai, tapi sekali ia sudah memutuskan, tidak ada ruang tawar. Sebenarnya ia adalah orang yang sangat otoritatif.

Gu Hui Yan sadar akan pandangan tersirat Lin Wei Xi, ia tersenyum acuh tak acuh, lalu bertanya: “Ada apa? Kamu tidak mau meninggalkan kampung halaman, jadi kamu tidak mau pergi?”

Padahal Lin Wei Xi ingin sekali memakai alasan itu. Sayang, beberapa hari lalu, demi bergantung pada Yan Wang, ia sendiri yang menutup alasan “kampung halaman” itu, jalur pelarian terbaiknya. Lin Wei Xi merasa lemas dari dasar hati. Ia menghela napas, seluruh tubuh lunglai: “Baiklah. Seperti yang Yang Mulia katakan.”

Lin Wei Xi sendiri tidak tahu perasaannya terhadap ibu kota. Ia tumbuh besar di sana, semua kerabatnya tinggal di kota megah itu, dan semua mimpinya yang paling buruk terjadi di sana. Jika bisa, Lin Wei Xi tidak mau kembali. Ia ingin kabur dan mempercayai kebohongannya sendiri. Tidak mudah baginya bisa hidup lagi satu kehidupan. Ia tidak ingin bertemu Gu Cheng Yao dan Gao Ran lagi. Selama ia tidak melihat mereka, Lin Wei Xi bisa terus menipu dirinya, kamu tidak gagal. Kamu juga bisa menemukan kota kecil untuk hidup stabil dan makmur. Kamu hanya tidak bisa melihat kerabat, teman, dan suami. Bukannya mereka yang membuangmu, melemparmu seperti sepatu rusak.

Namun, ketika lima kata “kembali ke Kediaman Yan Wang” keluar dari mulut Gu Hui Yan,setelah penolakan keras Lin Wei Xi di awal dan ketika situasi tidak bisa diubah lagi, hatinya tiba-tiba tenang. Sebenarnya, ia memang tidak rela.

Tidak usah bicara orang lain, hanya Putri Agung Shou Kang saja, Lin Wei Xi ingin kembali melihat neneknya lagi. Ia adalah satu-satunya anak dari ibunya. Ibunya, Wei shi, adalah satu-satunya putri Agung Shou Kang. Wei shi meninggal muda. Sekarang Lin Wei Xi adalah satu-satunya darah keturunan Putri Agung Shou Kang. Hubungan neneknya dan suaminya pun tidak baik. Lin Wei Xi sakit hati memikirkan bahwa tidak ada seorang cucu pun yang melayaninya. Hanya demi neneknya saja, ia harus kembali.


¹ ibarat menahan sakit sampai menggigit gigi dan menelan darah — tingkat kesabaran yang sangat terpaksa.
² hidup menumpang di rumah orang, bergantung pada orang lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page

Scroll to Top