“Nyonya, kedua tuan muda datang untuk memberi penghormatan dan berada di pintu masuk halaman.”
Pagi-pagi sekali, bahkan Lin Yunwan baru saja selesai mandi dan belum sempat menata dan menjepit rambutnya.
Tao Ye, yang sedang melayani majikannya di depan cermin rias, kembali menghadap Ping Ye dan memberi instruksi, “Saat kedua tuan muda itu tiba, mintalah mereka menunggu sebentar, Nyonya perlu waktu lebih lama lagi.”
Ping Ye menurunkan tirai dan pergi.
Lin Yunwan mendengar keributan yang tidak biasa di luar dan mengangkat tangannya untuk menghentikan Tao Ye menjepit rambutnya.
Dia berjalan ke jendela, menyembunyikan sosoknya, dan mengintip dari jauh.
Lu Changgong tersandung dan jatuh di pintu masuk Aula Chuisi. Dia bangkit, lalu membersihkan kotoran dari lututnya.
Qingge, yang melihat itu tersenyum jenaka, menganggap keadaan Changgong yang acak-acakan adalah lucu. Pelayan yang menjaga Qingge, adalah seorang anak laki-laki yang diperbolehkan berada di halaman dalam, dia mengatakan permintaan maaf setengah hati.
Tampaknya pelayan Qingge sengaja membuat Lu Changgong tersandung.
Tao Ye menghampiri dan berbisik, “Nyonya, saya pernah mendengar dari orang-orang di halaman depan bahwa para pelayan agak menindas tuan muda tertua, karena Nyonya Tua sangat menyayangi Tuan Muda Qingge.”
Nada suara Lin Yunwan tenang, “Jangan ikut campur.”
Dia telah menginstruksikan sebelumnya untuk berpura-pura tidak tahu.
Tao Ye menjawab, “Ya.”
Namun, Tao Ye tidak mengerti mengapa, meskipun Nyonya nya secara pribadi memilih Lu Changgong sebagai anak angkatnya dan sepertinya berniat untuk merawatnya, dia tampak acuh tak acuh terhadap penganiayaan yang dialami tuan muda tertua.
Ping Ye juga berada di bawah perintah, berdiri di koridor mengamati. Meskipun agak kesal dengan kenakalan Tuan Muda Qingge, dia menahan diri dan hanya memerintahkan mereka untuk menunggu.
Seperempat jam kemudian.
“Setelah Lin Yunwan selesai berpakaian, makanan disajikan di aula Chuisi , dan kemudian dia memanggil mereka masuk: “Masuk.”
Lu Changgong dan Qingge masuk berdampingan, keceriaan mereka berhenti, dan mereka membungkuk serempak, memanggil, “Ibu.”
Setelah tinggal di halaman depan, keduanya telah menerima pelajaran etika dasar, dan sikap mereka dalam menyapa orang yang lebih tua sangat sempurna.
Kedua anak berpakaian elegan itu berdiri berdampingan di meja, terlihat cukup menawan.
Lin Yunwan tidak langsung makan tetapi malah bertanya kepada mereka, “Apakah kalian berdua sudah sarapan?”
Qingge mendongak dan menjawab dengan riang, “Ya, Ibu, sudah.”
Matanya, masih bulat kekanak-kanakan dan cerah, berkilau dengan energi nakal dan gembira.
Penampilan seperti itu sangat dipuja oleh nyonya tua.
Namun, sikap Lin Yunwan justru sebaliknya, jauh dan dingin. Setelah bertanya padanya, dia menoleh ke Lu Changgong.
Qingge bingung dengan reaksi Lin Yunwan.
Mengapa nyonya begitu dingin terhadapku?
Dia tidak bisa tidak mengingat hari dia terpilih, dia merasa sangat gugup di dalam hatinya.
Lu Changgong, dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap langsung ke arah yang lebih tua, dengan hormat menjawab, “Ya, Ibu, saya sudah makan.”
Lalu terdengar suara Perut keroncongan dari Lu Changgong…
Ping Ye tidak bisa menahan senyum. Apakah dia benar-benar sudah makan?
Wajah Lu Changgong memerah.
Lin Yunwan kemudian bertanya kepadanya, “Apakah kamu benar-benar makan?”
Wajah Lu Changgong yang cantik dan tampan semakin memerah.
Nyatanya Dia belum makan.
Dia dan adik laki-lakinya berbagi halaman dan aula kecil, dan makanan mereka diantarkan bersama. Para pelayan selalu melayani adiknya terlebih dahulu, jadi dia akan makan hanya setelah adiknya selesai.
Hari ini adiknya bangun kesiangan dan makan terlambat, jadi dia hanya bisa menunggu.
Saat dia menunggu, waktu berlalu, dan dia akhirnya datang ke sini dengan perut kosong.
Lu Changgong tidak ingin mengeluh dan hanya berkata dengan suara rendah, “Ya Ibu, saya makan…tapi tidak cukup.”
Lin Yunwan lalu berkata, “Jika kamu belum cukup makan, ayo duduk.”
Mata Lu Changgong berbinar mendengarnya.
Ini pertama kalinya dia makan malam bersama ibunya!
Qingge, sangat ingin bergabung, melihat Lu Changgong mendekati Lin Yunwan dan melangkah maju, dia menarik lengan baju Lin Yunwan dan bertingkah genit, “Ibu, saya juga belum cukup makan.”
Lin Yunwan menarik lengan bajunya dari genggaman Qingge.
Ping Ye langsung memarahi Qingge, “Itu tidak sopan! Apakah Nyonya yang mengundangmu kemari?”
Qingge terkejut mendengarnya.
Siapa di antara ibu kandungnya dan nyonya tua yang tidak akan tertipu oleh tindakannya ini?
Tapi Mengapa hanya ibu tirinya yang tidak tergerak?
Dengan cemberut dan ekspresi sedih, dia menatap Lin Yunwan dan berseru, “Ibu…”
Lin Yunwan sama sekali tidak tergerak, dan sedikitpun tak bersimpati.
Dia tahu betul bahwa ini adalah rutinitas yang paling sering Qingge lakukan.
Mungkin karena dia pernah menjalani kehidupan menjadi seorang janda ( dia menyebut dirinya janda, karena merasa hidupnya seperti janda) yang kesepian di kehidupan sebelumnya, dia pikir memiliki anak yang lincah akan menyenangkan, dan dia selalu menyukainya. Namun dia tidak pernah menyangka akan akhir yang diterimanya, di kehidupan sebelumnya Qingge tampak dekat dengannya di permukaan, tetapi Qingge sangat membenci Lin Yunwan di hatinya.
Mengingat kebencian di mata Qingge sebelum kematiannya, Lin Yunwan bertanya kepadanya, “Bukankah pengasuhmu mengajarimu untuk bersikap hormat dan patuh di depan ibu tirimu?”
Qingge menundukkan kepalanya.
Ping Ye berbicara dengan tegas, “Nyonya menanyakan sebuah pertanyaan padamu. Jawablah dengan cepat. Ya atau tidak?”
Qingge hampir menangis mendengar suara keras Ping Ye, dia menjawab dengan suara kecil “…Ya.”
Tetapi di hadapan nyonya tua dan ayah kandungnya, dia tidak pernah harus mengikuti aturan seperti itu.
Hanya Lu Changgong yang perlu patuh dan mendengarkan!
Kenapa dia harus mengikuti aturan ini di depan ibu tirinya juga?
Lin Yunwan berkata, “Mari kita semua duduk dan makan.”
Bagaimana mungkin Qingge masih mempunyai nafsu makan sekarang? Saat duduk, dia hanya memainkan peran pendukung.
Sementara itu, Lin Yunwan dan Lu Changgong makan dengan lahap, menikmati hidangan seperti sup ikan bintik, melon isi, almond asin, dan hampir menghabiskan semua hidangannya.
Setelah sarapan, Lin Yunwan tidak menahan mereka dan menyuruh mereka pergi.
“Nyonya, saya akan pergi dan mengawasi mereka” kata Ping Ye, dan Lin Yunwan diam-diam menyetujuinya.
Segera setelah itu, dia kembali, dengan marah menceritakan bagaimana Qingge menindas Lu Changgong, dan bertanya pada Lin Yunwan, “Nyonya, apakah Anda tidak akan ikut campur?”
Lin Yunwan meletakkan bukunya dan berkata, “Keluarganya pasti sangat miskin untuk mengirimnya ke rumah Marquis. Setelah memilih anak ini, saya akan memenuhi tugas saya sebagai ibu tirinya, memastikan dia tidak kekurangan apa pun di sini dan memiliki kesempatan untuk belajar. dan bisa berdiri sendiri, lebih baik dari kehidupan di keluarganya sebelumnya. Aku tidak akan mengecewakannya.”
Ping Ye berkata, “Tentu saja Nyonya, kebaikan Anda terhadap Tuan Muda Changgong akan mengubah hidupnya.”
Dia tersenyum, “Jika Nyonya bisa memberikan sedikit bantuan lagi kepada Tuan Muda Changgong, dia akan lebih menghormati dan mencintai Anda, dan itu akan sangat luar biasa.”